Kirim Delegasi 1: Seminar Nasional KSHL COMATA UI

 Kirim Delegasi 1: Seminar Nasional KSHL COMATA UI

Shinta Alief Fitrianingtyas (KSP XVIII)


Jakarta – Pada (17/4) KSHL Comata UI mengadakan Seminar Nasional dengan tema “Kelelawar Kawan atau Lawan? melihat pentingnya kelelawar yang dianggap sebagai penyebab COVID-19”. Kelelawar atau kalong merupakan salah satu kelas Mamalia yang memiliki sayap di kedua sisi kanan dan kiri tubuhnya, memiliki kemampuan terbang sempurna bahkan dapat melakukan hovering atau dapat terbang ditempat dan terbang mundur. Kelelawar tergolong dalam ordo Chiroptera dengan dua sub ordo yang dibedakan atas jenis makanannya yaitu kelelawar pemakan buah dan pemakan serangga. Terlepas dari banyaknya manfaat yang kelelawar berikan untuk ekosistem planet ini, kelelawar tetap dianggap sebagai mahluk menyeramkan penyebar penyakit. Hal ini semakin diperparah dengan kepercayaan luas bahwa kelelawar yang menyebabkan wabah COVID-19. Para ilmuwan menyebut kelelawar tidak bertanggungjawab atas terjadinya pandemi ini. Sebaliknya, perdagangan satwa liar dan perusakan ekosistem telah meningkatkan kemungkinan manusia melakukan kontak dengan virus yang ada di berbagai spesies hewan. Sayang sekali bukan apabila peluang tersebut dilewatkan begitu saja? Oleh karena itu KSP Macaca UNJ mengirim delegasi yaitu Nanda David Prasetyo (KSP XVII), Shinta Alief Fitrianingtyas (KSP XVIII), dan Felana Afifah (KSP XVIII). Agar tidak terlewat informasi penting ini, Shinta Alief Fitrianingtyas (KSP XVIII) membuat rangkuman webinar tersebut secara informatif. Lets Enjoy!


Materi pertama mengenai Zoonosis dibawakan oleh Kak Seheherazade, M. Sc. Berikut notulensi untuk sesi pertama.

Alam merupakan aset yang tidak terbatas dan saling terhubung dengan manusia dengan kesehatan hewan. Aktivitas manusia yang bisa disebut dengan antropogenik dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan, seperti degredasi dan hilangnya ekosistem serta habitat, mengancam keberadaan keanekaragaman hayati (kehati), dan meningkatkan risiko munculnya penyakit (zoonosis).  

Zoonosis adalah penyakit atau infeksi yang menular dari hewan ke manusia. Munculnya EID (Emerging Infectious Diseases) semakin meningkat di dunia sejak tahun 1940 hingga 2020, disebabkan oleh patogen (bakteri, dan virus). Sebagian EID disebabkan oleh patogen zoonotik dan sebanyak 71,8% EID zoootik disebabkan oleh patogen dari satwa liar dari kelompok mamalia dan burung. Zoonotik pada mamalia paling banyak pada kelelawar (rodentia), karena rentang umur kelelawar yang panjang dan dapat terbang jauh. EID zoonotik muncul karena faktor-faktor antropogenik, seperti meningkatnya kontak manusia dengan satwa liar pada peternakan, perubahan tata guna lahan, dan eksploitasi satwa liar komersial.

Cara mengurangi penyebaran zoonotik dengan memahami jalur transmisi dan memutusnya, seperti perdagangan dan eksploitasi satwa liar. Kelelawar dan musang, karena adanya transmisi virus dari kelelawar yang menularkan ke musang, musang dapat menularkan ke manusia dan munculnya SARS dari perdagangan satwa liar.


Materi kedua tentang Kelelawar (Chiroptera) yang dibawakan oleh Bapak Sigit Wiantoro dari Pusat Penelitian Biologi LIPI. Berikut notulensi untuk sesi kedua.

Kalong, kampret, dan sebagainya masuk ke dalam diversitasi  kelelawar yang terdiri dari 21 famili, 233 genus. Di Indonesia sendiri terdapat 10 famili, 55 genus, dan 239 jenis kelelawar.

Tempat tinggal (Roosting) kelelawar pada goa, pemukiman, perkebunan, tempat tinggal khusus seperti lubang pohon bamboo, gulungan pisang yang masih muda, pohon tumbang yang tengahnya berlubang. Tempat mencari makan (Foraging area) kelelawar biasanya di dalam hutan, pinggiran hutan (perbatasan hutan dengan lahan), dan tempat terbuka (pemukiman).


Kelelawar merupakan pollinator atau penyerbuk alami yang dapat sebagai agen pemncar bii pada 528 spesies tumbuhan di dunia. Karena kelelawar dapat terbang jauh, mereka mengambil makanan di suatu tempat dan terbang ke tempat lain. Kelelawar juga sebagai pengendali populasi serangga, karena dapat memakan seperempat atau hampir sama dengan berat tubuhnya dikalikan dengan banyak koloninya dalam satu malam. Kelelawar sangat penting dalam ekosistem goa karena menghasilkan guano (kotoran kelelawar) yang digunakan sebagai sumber pakan bagi detritus goa. Jika kelelawar hilang, sumber makan juga hilang.



Menarik sekali bukan? Tidak hanya tentang persebaran dan perilakunya saja, ternyata EID zoootik disebabkan oleh patogen dari satwa liar dari kelompok mamalia dan burung. Zoonotik pada mamalia paling banyak pada kelelawar, sehingga dapat menularkan ke manusia dan munculnya SARS dari perdagangan satwa liar. Oleh sebab itu, penting sekali untuk kita bersama menjaga kelestarian lingkungan dengan memulai dari diri sendiri.

 


Salam Lestari!

Salam Konservasi!

KSP Macaca UNJ. Inisiatif, Kreatif, Kontributif

© HUMAS KSP Macaca UNJ

Komentar

Posting Komentar