Kirim Delegasi 5 : Webinar Series Human Wildlife 6 Ragam Metode Penelitian Sosial untuk Problematika Manusia dan Satwa Liar
Kirim Delegasi 5 :
Webinar Series Human Wildlife 6
Ragam Metode Penelitian
Sosial untuk Problematika Manusia dan Satwa Liar
Paulina Artana Gresya (KSP XVIII)
Jakarta - Pada (31/7) telah dilaksanakan webinar
series humas wildlife 6 yang merupakan kolaborasi bersama Pusat Studi
Komunikasi Lingkungan UNPAD, Kukangku x Gibbonesia, dan Ngobrol Sedulur.
Webinar ini didukung oleh National Geographic Society dan terdapat empat orang
pembicara yang merupakan ahli dibidangnya.
Pemateri 1 Mirza Kusrini – Metode Citizen Science
untuk Topik Penelitian Konservasi dan Pelibatan Masyarakat
Metode sains warga (Citizen Science) berawal dari seorang Pastur asal Inggris bernama Rev Dr
William Whewell. Ia juga seorang polymath dan peneliti yang berupaya membuat
peta pasang surut. Hal ini mendapat dukungan dari pemerintah Inggris dan gereja
mengumpulkan 650 stasiun pasang surut yang mendata tinggi air. Data ini
dikumpulkan dan membuat peta pasang surut. Beliau mengorganisir dan orang-orang
diorganisir untuk mengumpulkan data. Dari sejarah ini, sains warga adalah
metode penelitian sains yamg dilakukan, Sebagian atau keseluruhan oleh penelitu
amatir atau non-professional. Metode ini semakin berkambang seiring
berkembangnya internet, semakin popular sejak tahun 1900an. Istilah citizen
science pertama kali masuk di Oxford English dan dikenal dengan berbagai
nama seperti crowd science, crowd-sourced science, civic monitoring,
volunteer monitoring, networked science, dan participatory monitoring/research .
Sains warga sudah berkembang di luar negeri, baik
biodiversitas maupun spesies. Jumlah program sains warga untuk bidang satwa
liar meningkat di Amerika, Eropa, Australia, dan New Zealand. Data-data hasil
dari sains warga dapat dikirim langsung atau melalui aplikasi seperti eBird,
Roadkill, Frogid, dan lainnya. Di Asia, sains warga kurang berkembang. Hal ini
kemungkinan dikarenakan kurangnya pengalaman atau kurangnya dijadikan hobi.
Namun, di Singapura sains warga dilakukan cukup baik. Metode ini dilakukan di
urban area seperti di Butterfly Watch dan Dragonfly Watch. Sains warga di
Indonesia seperti Asian Waterbird Sensus yang dilakukan setiap tahun, kemudian
ada KupuKita yang diadakan oleh UI yang baru diadakan sekali, Atlas Burung
Indonesia bekerja sama pada 2020 dengan judul Big Month, dan Gerakan Observasi
Amfibi Reptil Kita (GO ARK) yang dikembangkan oleh fakulktas kehutanan IPB dan
Perhimpunan Herpetologi Indonesia (PHI).
Dalam memulai sains warga ada 4 fase kegiatan :
1. Mengembangkan (Development Phase)
· Menentukan target partisipan
· Menyimpan data dan prosesnya
· Protokol
2. Persiapan (Preparation Phase)
· Menyeleksi trainee
· Melakukan training
· Mengembangkan materi promosional
3. Menerima data (Live Phase)
4. Menganalisis data (Analyse and Reporting Phase)
· Menganalisis data dan interpretasi
· Membuat laporan
· Mengevaluasi yang dipelajari
Pemateri 2 Sundjaya – Metode Etnografi tentang Relasi
Manusia Satwa
Peradaban kebudayaan di Indonesia sangat dipengaruhi
dengan interaksi dengan satwa. Studi entnografi memungkinkan beberapa
interpretasi realitas dan interpretasi alternatif data di seluruh studi.
Etnografi menjai sebuah terminologi yang mengacu pada metode penelitian yang
banyak digunakan di antropologi. Etnografer adalah stroryteller dan ilmuwan,
peneliti yang mengemukakan instrument penelitiannya. Adanya pandangan etik dan
enmik, etik adalah pandangan peneliti ketika turun ke lapangan dan enmik adalah
apa yang digali, cara berpikir dan cara menilai. Etnografi dengan demikian
merupakan metode peneliti dan produk, biasanya teks tertulis.
Dalam kajian etnografi, perspektif dalam hubungan
manusia dengan satwa liar ada dua, yaitu human ecology yang berkaitan
dengan sistem sosial masyarakat dan political ecology yang berkaitan
dengan permasalahan krisis alam, marginalisasi akses dan hak, dll. Dalam etnografi, manusia dan peneliti adalah
instrumen penelitian, tergantung peneliti memahami teori etnografi akan
berpengaruh dalam memperoleh data dan menentukan hasil studi.
Dalam melakukan analisis human wildlife dengan
Etnografi atau studi-studi Antropologi tidak melihat relasi manusia dengan
satwa sebagai sebuah inividu, tetapi melihat interaksi sistem sosial, seperti
mengkaji nilai (value) yaitu satwa dan berkaitan dengan praktik-praktik
masyarakat (practices), kebijakan-kebijakan yang terkait masyarakat setempat
yang berhubungan dengan satwa (policy), dan lembaga seperti lembaga adat atau
lembaga desa (institutions).
Beberapa satwa dianggap sebagai komoditas yang
mempunyai nilai-nilai ekonomi, satwa dalam pekerjaan manusia, beberapa
masyarakat memelihara satwa, satwa dikatakan kompetitor atau hama, dan satwa
digunakan dalam ritual. Interaksi inilah yang perlu dilihat dalam Etnografi.
Pemateri 3 Herlina
Agustin – Hubungan Manusia dan Satwa Liar dalam Perspektif Ilmu Komunikasi
Bentuk-bentuk komunikasi secara umum yang berpengaruh hubungan manusia dan satwa liar:
- Komunikasi antar persona, yaitu komunikasi yang berlangsung antar 2 orang, bisa secara langsung, ataupun melalui media tertentu.
- Komunikasi kelompok, yaitu interaksi yang terjadi antara 3 orang atau lebih untuk mengenal karakter masing-masing.
- Komunikasi massa, yaitu komunikasi yang disampaikan melalui media massa.
- Komunikasi media sosial, yaitu komunikasi yang berlangsung dengan menggunakan media sosial, dengan segala karakter yang sesuai dengan platformnya. Contoh kasus adalah sebuah iklan produk yang menunjukkan burung hantu kecil dan dalam 1 minggu permintaan satwa ini meningkat, selebgram yang memelihara satwa dan banyak yang mengikuti.
- Komunikasi kerumunan, yaitu interaksi yang muncul dalam sebuah kelompok public yang besar, tidak saling mengenal. Contohnya lomba kicau burung yang dilakukan oleh sekerumun orang.
Unsur-unsur komunikasi yang dapat kita teliti adalah :
-
Komunikator
-
Pesan
-
Komunikan
-
Efek
-
Saluran komuniksi
menjadi salah satu perspektif untuk meneliti satwa liar
Metodologi
-
Fenomenologi
-
Studi kasus
-
Analisi isi pesan
- Semiotika
Pemateri 4 Puspita Insan Kamil – Metode Penelitian Psikologi Sosial (Kuantitatif) untuk Konservasi
Dalam penelitian psikologi sosial menerapkan prinsip- prinsip utama. Penelitian psikologi punya tanggung jawab moril yang besar karena harus menyimpulkan perilaku dan kognitif manusia, yang seringnya tidak kasat mata-dan kadang memiliki klain serius. Para peneliti psikologi mempunyai tanggung jawab yang besar, sehingga prinsip-prinsip tidak boleh dilanggar.
- Prinsip Falsifiability : prinsip yang menyatakan bahwa sains kita itu bisa salah, tidak ada kemungkinan sempurna. Hal ini yang menjadikan sains kita bisa didebatkan dan bisa direplikasi
- Prinsip Replicability : prinsip yang menyatakan bahwa sains kita direplikasi di waktu yang akan datang. Jadi setiap melakukan penelitian, hasil penelitian disimpan dalam standar 5 tahun, kemudian diminta atau ditanyakan bukti fisik misalnya seperti kuisioner
- Prinsip penghargaan kepada partisipan sebagai individu
Klaim yang bisa dibuat sangat
tergantung kepada metode :
-
Menjelaskan
perilaku : klaim deskripsi yang mendetail
mengenai gejala perilaku dengan metode deskriptif (diary, survey observasi)
-
Memahami perilaku : klaim deskripsi bagaimana sebuah perilaku
terjadi dengan metode in-depth interview. Longitudinal
-
Menyimpulkan
perilaku : klaim sebab akibat
atau kemungkinan sebab akibat dengan metode eksperimen (state), korelasi (hanya
untu trait)
-
Memprediksi
perilaaku : klaim sebab akibat dengan metode eksperimen, longitudinal
Hasil sama pentingnya dengan metode hasil sama
pentingnya dengan metode, karena apabila hasilnya baik namun metode yang
dihunakan kurang tepat akan dipertanyakan
Di psikologi
memiliki 3 domain, yaitu :
-
Kognitif
Contoh konstruk :
opini, sikap, stress, kepuasan hidup, keinginan coexist
Metode :
survey, eksperimen, IAT (Implicit Association Test), alat ukur
-
Afeksi
Contoh konstruk :
emosi, mood, attachment, social distance, love type
Metode :
survey, alat ukur, eksperimen, pengukuran longitudinal/diary
-
Psikomotor
Contoh konstruk :
perilaku membuang sampah, gaya komunikasi asertif/agresif
Metode :
survey, observasi, eksperimen
Cara berpikir peneliti psikologi yaitu dengan
menentukan domain, konstruk, teori yang digunakan, membuat hipotesis, alat
ukur, dan statistik.
Untuk menjadi
psikolog sosial, ada beberapa tahapan riset, yaitu :
-
Observasi gejala
dengan menghindari intuisi (illusory correlation), tidak mengandalkan otoritas
dan sabar. Misalnya melakukan penelitian manusia hidup berdampingan dengan
satwa, apa yang terjadi pada masyarakat
-
Hipotesis dan
mencari penjelasan dengan me-review jurnal (10 tahun) dan membuat hipotesis
-
Menyusun alat ukur
, yaitu dengan membedakan skala dan kuisioner, melakukan uji alat ukur,
melakukan kaji etik dengan lembaga khusus.
-
Membuat strategi
lapangan dengan menentukan jumlah dan cara mendapatkan partisipan, serta
menentulan enumerator.
Sebagai peneliti,
kita harus mengenali bias sendiri :
-
Sampling bias
-
Researcher bias
-
Participant bias
Scale bias
Dalam penelitian, kita harus melakukkan rapport atau
membangun kepercayaan dengan berkenalan, menanyakan waktu luang, mengobrol
kecil, dan izin foto. Kemudian, melakukan informed consist bahwa sadar menjadi
partisipan, dengan mengisi form, tujuan penelitian secara umum dan tahu bahwa
berhak berhenti. Penting memberi reward/penghargaan, kecuali terkait dengan
metri penelitian untuk tidak memberi reward misalnya berupa uang karena penting
untuk menciptakan ekosistem riset yag baik.
Survey bisa digunakan untuk data demografi, pemetaan,
tingkat kesadaran, dan lainnya. Dalam membuat survey harus dapat membedakan
data kognitif, afektif-state, atau trait, serta dapat membedakan skala
pengukuran dan kuisioner.
Untuk eksperimen jarang dilakukan di Indonesia karena
tergolong sulit. Bisa digunakan untuk efek perbedaan framing cerita satwa, efek
perbedaan foto terhadap emosi, dan efek metoe edukasi.
“Tidak ada metode yang terbaik. Yang ada adalah metode yang tepat untuk menemukan suatu fenomena.” - Puspita Insan Kamil
Salam Lestari!
Salam Konservasi!
KSP Macaca UNJ.
Inisiatif, Kreatif, Kontributif
© HUMAS KSP Macaca UNJ
Komentar
Posting Komentar