Kesejahteraan Hidup Macaca fascicularis yang Tidak Sepanjang Ekornya



 Kesejahteraan Hidup Macaca fascicularis yang Tidak Sepanjang Ekornya

Primata adalah hewan yang dikenal memiliki habitat di hutan dan hidup secara bebas dengan  pakan yang tersedia di alam. Salah satu jenis primata yang tidak asing di telinga masyarakat adalah monyet ekor panjang atau Macaca fascicularis. Macaca fascicularis adalah salah satu jenis primata yang termasuk ke dalam famili Cercopithecidae yang hidup secara berkelompok dan selalu berinteraksi antarindividu yang mendiami suatu wilayah. Jenis primata ini sering bergerak aktif di habitatnya, seperti berlari, berjalan, berlompat, dan bermain dengan koloninya di habitat asli.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil pernyataan bahwa Macaca fascicularis adalah hewan yang hidup secara sosial dan hidup secara bebas di alam. Namun, akhir-akhir ini kehidupan tenteram Macaca fascicularis terancam karena maraknya perdagangan ilegal sekaligus pemeliharaan Macaca fascicularis tanpa pengawasan yang jelas. Tren memelihara Macaca fascicularis ini kian meningkat, terlebih pada saat pandemi mulai mendera di wilayah Indonesia. 

Banyaknya masyarakat yang memelihara Macaca fascicularis ini dipengaruhi oleh beberapa konten yang tersebar di dunia maya. Konten-konten dari influencer yang memelihara Macaca fascicularis di Youtube dan TikTok menjadi dasar utama mengenai banyaknya permintaan Macaca fascicularis sebagai hewan peliharaan. Bagi masyarakat yang belum sepenuhnya paham tentang bahaya memelihara primata pasti akan tertarik dan menganggap bahwa Macaca fascicularis sebagai pilihan hewan peliharaan yang lucu layaknya kucing dan anjing. 

Melansir dari International Animal Rescue, jumlah konten mengenai Macaca fascicularis sebagai hewan peliharaan meningkat drastis dari tahun 2019 ke tahun 2020. Mirisnya lagi hampir 93% Macaca fascicularis yang dipelihara adalah individu yang masih bayi. Bayangkan saja bayi Macaca fascicularis yang seharusnya bisa ditimang dan masih mendapatkan asupan nutrisi dari induknya harus dipelihara seorang diri oleh manusia yang bagi mereka adalah makhluk asing yang tidak sepenuhnya dapat memenuhi unsur kehidupan bagi mereka. 

(Foto: Risanti pada International Animal Rescue)


Tren memelihara primata, khususnya Macaca fascicularis memang terlihat menggemaskan secara sekilas. Beberapa influencer yang kerap kali membagikan momen ketika bersama Macaca fascicularis sering membuat khalayak tertarik dan menganggap bahwa hal tersebut adalah hiburan. Lugunya Macaca fascicularis, terlebih yang masih bayi dianggap sebagai hewan peliharaan yang tidak kalah menggemaskan daripada hewan lain. Namun, jangan salah sangka bahwa di balik kegemasan tersebut pasti tersirat kesengsaraan yang dialami oleh Macaca fascicularis yang sering tidak diperhatikan oleh pemilikya. 

Memelihara hewan, khususnya yang termasuk ke dalam satwa liar seperti Macaca fascicularis, kita harus memperhatikan dan mengingat adanya The Five Freedoms of Animal Welfare. Ada lima poin yang harus kita ingat, pertama, bebas dari haus, lapar, dan malnutrisi; kedua, bebas dari rasa tidak nyaman; ketiga, bebas dari rasa sakit dan luka; keempat, bebas dari rasa takut dan stress; dan kelima bebas untuk berekspresi sesuai kebiasaan aslinya. Lima  kebebasan tersebut haruslah kita tanam di dalam diri kita agar tidak gegabah dalam memelihara Macaca fascicularis hanya karena tren di internet dan kelucuan yang fana. 

Memelihara Macaca fascicularis di rumah tentunya melanggar The Five Freedoms of Animal Welfare. Meskipun Macaca facsicularis yang dipelihara tetap diberikan pakan dan minum oleh pemiliknya, tetapi mereka tidak bebas dalam melahap makanan yang diberikan, serta nutrisi yang diberikan belum tentu sesuai dengan kebutuhan asli mereka seperti di hutan. Selain itu, Macaca fascicularis yang dipelihara juga menjadi tidak bebas dalam melakukan perilaku mereka sehari-hari karena tempat yang terbatas. Sudah kita ketahui bahwa perilaku Macaca fascicularis senang berlari di hutan dan berlompat di pepohonan, jika Macaca fascicularis hanya dikurung di kandang yang memiliki ruang terbatas tentunya mereka akan kehilangan kebebasan dan berakhir dengan rasa stress yang akan mereka rasakan. Stress yang dialami Macaca fascicularis ini bisa saja menyebabkan umur mereka menjadi pendek dan akhirnya akan mati. 

Lalu apakah penampilan topeng monyet di jalanan juga termasuk dalam eksploitasi Macaca fascicularis? Tentu saja! Topeng monyet yang biasa kita temui di lampu merah atau pasar merupakan wujud dari pemeliharaan ilegal dengan mengeksploitasi hewan tersebut. Para pemilik menggunakan Macaca fascicularis untuk menjadi penghibur bagi masyarakat sekaligus media mata pencaharian bagi mereka, tetapi imbalan yang diberikan kepada Macaca fascicularis sangatlah miris dan tidak dapat memenuhi kesejahteraan dari mereka, tidak jarang pemilik hanya memberikan satu buah pisang kecil kepada Macaca fascicularis dalam sekali pertunjukan di tengah teriknya matahari dan bisingnya kendaraan. Tidak jarang juga Macaca fascicularis tersiksa karena rantai yang mengikat di tubuh mereka dan pastinya akan membuat luka di tubuh mungil mereka dengan mengenaskan. 

Hiburan topeng monyet sempat menjadi kontroversi di kalangan penyayang binatang. Namun hiburan rakyat itu ternyata tetap eksis sampai sekarang.

(Foto: Achmad Syauqi pada Detik News)

Nasib Macaca fascicularis yang dikenal sebagai monyet ekor panjang yang lincah di habitat aslinya ini semakin terancam. Banyaknya pasar hewan yang menjual Macaca fascicularis secara ilegal membuat banyak peminat yang ingin memelihara mereka tanpa pengetahuan yang mumpuni. Selain membuat kesejahteraan Macaca fascicularis terancam, perilaku mereka juga dapat mengacam manusia. Bayi Macaca fascicularis yang menggemaskan akan berkembang menjadi dewasa yang pastinya memiliki ruang lebih untuk melakukan banyak aktivitas, termasuk menyerang manusia. Jika sudah begitu pastilah menjadi bumerang bagi Macaca fascicularis sendiri. Jika mereka menyerang manusia, hal singkat yang akan dilakukan manusia adalah mengurung atau bahkan menyiksa mereka tanpa ampun. 

Kesadaran masyarakat diperlukan dalam mengatasi masalah pemelihraan Macaca fascicularis yang kian meningkat akhir-akhir ini. Peran influencer juga seharusnya dapat mengedukasi dengan tidak memelihara primata sebagai hewan peliharaan di rumah. Kegiatan yang ekstra digital seperti sekarang membuat masyarakat mudah terpengaruh dengan apa yang dilihat di sosial media, termasuk memelihara Macaca fascicularis secara ilegal. 

Peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk memberikan efek jera kepada pelaku penjual dan pemilik Macaca fascicularis secara ilegal. Ketegasan sanksi yang diberikan pemerintah seharusnya dapat menyadarkan masyarakat bahwa memelihara Macaca fascicularis dan primata lain adalah tindakan yang mengancam kesejahteraan hidup mereka. Kelucuan Macaca fascicularis bukan sebagai tontonan yang menghibur, melainkan sebuah peringatan bahwa mereka juga sangat membutuhkan kehidupan yang bebas seperti dalam The Five Freedoms of Animal Welfare

Seagai manusia yang lebih berakal, sudah seharusnya kita tidak mengancam kehidupan satwa liar di luar sana, khususnya primata. Biarkan mereka hidup secara bebas dengan koloninya laiknya kita yang ingin hidup tenteram di tempat sendiri. Perlu adanya kesadaran dan edukasi lebih mengenai tren memelihara primata yang justru merusak kesejahteraan mereka. Semoga pemilik dan pelaku primata secara ilegal, khususnya Macaca fascicularis dapat mengembalikan mereka ke habitat aslinya dan membiarkan mereka hidup tanpa kekangan dan rasa sakit yang diakibatkan oleh manusia. Mari bersama-sama kita jaga kesejahteraan primata agar bisa hidup dengan lebih panjang lagi di bumi kita ini.



REFERENSI

Azwir, Jalaluddin, & Said F. (2020). Observasi Perilaku Harian Primata Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Berdasarkan Etno Ekologi di Kawasan Gunung Geurutee Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Biology Education, 9(1), 8-16.

Mellor, D.J. (2016). Updating Animal Welfare Thinking: Moving Beyond The “Five Freedoms” Towards “A Life Worth Living”. Journal Animals MDPI, 6(21), 1-20.

Septian, Reza. (2021). “Konten Pemelihara Monyet di Youtube Mneingkat Selama Pandemi”. Diakses pada 23 Oktober 2021 melalui, https://www.internationalanimalrescue.or.id/konten-pemelihara-monyet-di-youtube-meningkat-selama-pandemi/.

Syauqi, Achmad. 2021. “Topeng Monyet, Hiburan Sepanjang Zaman yang Kontroversial”. Diakses pada 23 Oktober 2021, melalui https://news.detik.com/foto-news/d-5768103/topeng-monyet-hiburan-sepanjang-zaman-yang-kontroversial/8


Komentar

  1. Kasihan yaaa, memang harusnya pemerintah lebih bisa mengambil sikap tentang monyet yang ilegal dan sebagainya

    BalasHapus
  2. pen ikt cmn kykny ga keburu wkw blm bikin, sukses caa

    BalasHapus
  3. Sedih banget mereka dikandangin di tempat yang sempit juga, ga tega 😭 btw keren banget tulisannya 🤩

    BalasHapus
  4. terimakasih banyak informasinya 💓. keren bangett 😍

    BalasHapus
  5. Informasinya bermanfaat sekali

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. ihh bener bangett people do such an illegal thing cuma buat pelihara karna lucu tanpa mikirin kelangsungan hidup spesies ini :(

    BalasHapus

Posting Komentar