Habitat Orangutan Terkikis, Alam Menuntut Haknya!

 


Subtema: Hidup tanpa primata, adakah dampaknya?

Judul: “Habitat Orangutan Terkikis, Alam Menuntut Haknya!”

Kehidupan adalah kenikmatan para makhluk hidup untuk terus tumbuh, berkembang, dan menghasilkan keturunan melalui proses unik dan sentuhan keajaiban dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga dunia yang luas penuh dengan keberagaman populasi makhluk hidup yang saling berkaitan satu sama lain. Ada yang saling membunuh, ada yang saling membantu, bahkan ada yang saling mencintai. Begitulah kehidupan berjalan mulus pada rotasinya. Namun, kehidupan yang baik selalu disertai dengan ekosistem yang terbaik. Ekosistem yang saling melengkapi dengan perantara timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungan melalui proses rantai makanan, perkawinan, kompetisi, dan seleksi, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan (Susilawati et al., 2016).


Gambar 1. Ekosistem Hutan Kalimantan Barat

(Sumber: Supardi, 2019).

Hutan adalah paru paru dunia dan sebagai tempat para makhluk hidup untuk tumbuh dan berkembang sesuai relungnya (Andini, 2017). Eksistensi hutan harus tetap dijaga dan dilestarikan, karenanya manusia terus bergantung kepadanya walaupun saat ini kita masih enggan untuk peduli. Eksistensi hutan tidak lepas dari bantuan para primata yang memiliki jiwa penolong namun dibalas dengan hal-hal senonoh, benar, manusia adalah dalang dari semuanya. Primata diciptakan oleh Tuhan memiliki tugas yang sangat mulia melalui perilakunya yang sangat unik, seperti makan, tidur, dan hal sakral yaitu perkawinan.

Secara tidak langsung, primata telah menyelamatkan kehidupan dengan meregenerasi hutan melalui perilaku makan buah dan membuang bijinya secara dispersal yang membuat hutan terus beregenerasi dan menjalankan perannya sebagai paru-paru dunia (Setia, 2008). Selain itu, perilaku tidurnya pun sangat beriwibawa, seperti orangutan ketika ingin tidur selalu menarik daun dan ranting dari pohon untuk membangun sebuah sarang. Hal tersebut membuat cahaya matahari tetap masuk ke dasar hutan untuk membantu proses fotosintesis pada tumbuhan yang berada di strata paling bawah (Khotiem et al., 2014). Bukankah sangat mulia peran orangutan?


Gambar 2. Orangutan Membangun Sarang

(Sumber: Fonna et al., 2018).

Pada saat ini, populasi orangutan menurun drastis sebab deforestasi hutan besar-besaran demi pembangunan untuk target pasaran. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK, hasil pemantauan hutan Indonesia Tahun 2019, menunjukkan bahwa luas lahan berhutan seluruh daratan Indonesia adalah 94,1 juta ha atau 50,1% dari total daratan. Namun deforestasi hutan deforestasi hutan secara netto tahun 2018 -2019, baik di dalam maupun di luar kawasan hutan Indonesia adalah sebesar 462,4 ribu ha (PPID KLHK, 2020). Hal tersebut bukan hanya sekedar angka, namun sangat besar dampaknya terhadap para satwa.

Gambar 3. Kebakaran Hutan dan Lahan terjadi di Desa Sekolaq Joleq, Kecamatan Sekolaq Darat, Kalimantan Timur Kamis (30/7) pukul 16.25 waktu setempat

(Sumber: Jati, 2020).

Indonesia memiliki tiga spesies orangutan, yakni orangutan Sumatera (Pongo abelii), orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dan orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis). Ketiganya berstatus Kritis (Critically Endangered/CR) berdasarkan daftar merah IUCN (WWF, 2021). Menurunnya populasi orangutan berbanding lurus dengan kesejahteraan hutan. Hutan bukanlah relung bagi para makhluk hidup melainkan tempat persinggahan dan permohonan makhluk hidup, apakah terus melanjutkan kehidupan atau diakhiri dengan sebuah penyesalan, yaitu kematian? Sayangnya, saat ini peran Orangutan tidak seeksis dahulu, sebab kebakaran hutan yang sering terjadi. Menurut KLHK Hampir setiap tahun wilayah Kalimantan Timur mengalami kebakaran hutan dan lahan yang sangat luas. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat kebakaran hutan dan lahan dalam hektar pada 2015 – 2020 sebagai berikut 69.352,96 hektar (2015), 43.136,78 (2016), 676,38 (2017), 27.893,20 (2018), 68.524 (2019) dan 3.375 (2020) (Jati, 2020).

Jika tidak ada orangutan, strata tumbuhan bawah menjadi tidak berkembang dan tidak berjalannya peran ekosistem melalui rantai makanan, sehingga berkurangnya oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis para tumbuhan. Hal tersebut menyebabkan  polusi udara semakin marak dan pesat yang akan menjadi boomerang untuk manusia, benar, penyakit. Berikanlah hak para satwa khususnya orangutan untuk tetap mendapatkan kesehahteraannya hidup di relungnya dan menjalankan perannya untuk kesehatan manusia. Bukankah tidak logis jika ingin merasakan sejuknya dan gratisnya oksigen, namun kita manusia merusak hutan hanya sekedar pembangunan?

Maraknya pembangunan berakibat musnahnya hutan. Orangutan sebagai pahlawan tidak bisa mengekspersikan keahliannya, benar, meregenerasi hutan. Dampak penyakit pun secara perlahan terasa khususnya bagi makhluk hidup, seperti temperatur menjadi meningkat yang menyebabkan gas rumah kaca sehingga udara menjadi tidak sehat (Riyanto, 2007). Hal tersebut mengakibatkan orangutan tidak bisa menunjukkan eksistensinya, pahlawan hutan. Kejangkalan ini, mungkin sudah terasa di kalangan masyarakat, namun karena ego dan kepuasan diri menjadikan pembangunan merelakan hutan. Andai alam bisa berbicara, sudah sangat murka ia. Perubahan iklim salah satu murka alam terhadap manusia.


Gambar 4. Habitat Orangutan Terbakar di Palangka Raya, Kalimantan Tengah

(Sumber: Infansasti, 2019).

Mari berkolaborasi, bergotong royong untuk melestarikan para primata khususnya orangutan dimulai dari regulasi yang harus diterapkan bukan hanya dipajang lalu menjadi kenangan. Mari kita sadarkan sekeliling kita untuk mengedukasi masyarakat untuk tetap #dirumahaja dan jangan memelihara primata karena akan menyebabkan transfernya virus atau penyakit yang tidak diinginkan. Bisakah duduk manis, diam, dan tidak menganggu rumah mereka, hutan? atau nanti kita, manusia yang akan menjadi sasaran untuk ke fase selanjutnya, yaitu kematian jika tidak ada oksigen? Pilihan ada di tangan kita, manusia.

Daftar Pustaka:

Andini, A. R. (2017). Identitas dan Kebijakan Luar Negeri: Komitmen Jepang Terhadap Penanganan Illegal logging di Indonesia dalam Kerangka Asia Forest Partnership. Journal Of International Relations, 3(1): 98-105.

Fonna, I., Sutekad, D., & Iqbar. (2018). Aktivitas Harian Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Reintroduksi di Stasiun Reintroduksi Orangutan Jantho, Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Ar-raniry, 3(1).

Infansasti, U. (2019). Miris! Karhutla Kalimantan Bikin Orangutan Tak Punya Rumah. https://news.detik.com/foto-news/d-4712417/miris-karhutla-kalimantan-bikin-orangutan-tak-punya-rumah/4. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021 Pukul 19.35 WIB.

Jati, R. (2020). Hutan dan Lahan di Desa Sekolaq Joleq Terbakar Seluas 1,5 Hektar. https://bnpb.go.id/berita/Hutan%20dan%20Lahan%20di%20Desa%20Sekolaq%20Joleq%20Terbakar%20Seluas%201,5%20Hektar. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021 Pukul 19.20 WIB.

Khotiem, M., Lovadi, I., & Tijau, A. (2014). Studi Awal Karakteristik Pohon Sarang dan Sarang Orangutan (Pongo pygmaeus pygmaeus: Linnaues 1760). Protobiont, 3(2): 193-200.

PPID KLHK. (2020). Hutan dan Deforestasi Indonesia Tahun 2019. http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/2435. Diakses Pada Sabtu, 6 November 2021 Pukul 10.20 WIB.

Riyanto. (2007). Strategi Mengatasi Pemanasan Global (Global Warning). Vallue Added, 3(2): 1-13.

Setia, T. M. (2008). Penyebaran Biji oleh Satwa Liar di Kawasan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol dan Pusat Riset Bodogol, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Vis Vatalis, 1(1): 1-8.

Supardi, A. (2019). Rusaknya Ekosistem dan Keragaman Hayati Akibat Karhula. https://www.mongabay.co.id/2019/10/14/rusaknya-ekosistem-dan-keragaman-hayati-akibat-karhutla/. Diakses pada Sabtu, 6 November 2021 Pukul 08.52 WIB.

Susilawati, E., Rahayuningsih, M., & Ridlo, S. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ekologi SMA Dengan Strategi Outdoor Learning. Unnes Science Education Jurnal, 5(1): 1091-1097.

WWF. (2021). Orangutan (Pongo sp.). https://www.wwf.id/spesies/orangutan. Diakses Pada Sabtu, 6 November 2021 Pukul 10.00 WIB.

Komentar

  1. Keren banget pembahasannya, goodluck

    BalasHapus
  2. Keren dan sangat bermanfaat tulisannya! Salam lestari

    BalasHapus
  3. Keren kak pembahasannya, goodluck

    BalasHapus
  4. Wow, sangat mudah dipahami kata katanya. Terima kasih atas infonya🙏

    BalasHapus
  5. Setiap makhluk hidup pantas mendapatkan rumah dan kehidupan yang layak. Izin ambil sedikit materinya ya untuk keperluan penyuluhan 🙏

    BalasHapus
  6. WIHH MANTEP BANGET KA TULISANNYA

    BalasHapus
  7. Wihh semangat, bro bas. Keren banget nih

    BalasHapus
  8. Sangat bermanfaat infonya, fighting bas!!

    BalasHapus
  9. Terima kaosh, bermanfaat sekali tulisannya

    BalasHapus
  10. Subhanallah sangatt bermanfaat ini ilmu dan info nya. Makasih yoo, good luck bas

    BalasHapus
  11. Masya Allah keren bngt. terima kasih ya ilmu barunya. bermanfaat sekali

    BalasHapus
  12. Wahh informasi yang sangat bermanfaat, sukses selalu semangaatt^^

    BalasHapus
  13. wihh mantap pembahasannya, sangat bermanfaat. kerennn. semangat terus bas

    BalasHapus
  14. Bermanfaat dan mudah banget ni dimengerti. Semangatt!

    BalasHapus
  15. Semangat terus berkarya, keren uy

    BalasHapus
  16. artikel yang sangat bermanfaat.. terimakasih atas ilmunya

    BalasHapus
  17. Aritikel ini menurut saya sangat bagus. Mengedukasi para pembaca untuk sama sama menjaga habitat orang utan. Mantap

    BalasHapus
  18. Wah bagus sekali infonya, semangat untuk terus berkarya

    BalasHapus
  19. Semangat bas, mantap banget isi artikelnya

    BalasHapus
  20. Mantep sih, mengedukasi dan mari sama-sama kita perjuangin jaga... semangat terus brader ku

    BalasHapus
  21. Wah keren dan mantap sekali, sangat informatif, 👍👍

    BalasHapus
  22. Mantap betul, lanjutkan agar ilmu nya bermanfaat

    BalasHapus
  23. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  24. Totalitas tanpa batas 🤟🏻🔥 tetap menginspirasi di masa pandemi

    BalasHapus
  25. sangat edukatif, setelah membaca artikel ini sangat menambah wawasan saya terkait orang utan

    BalasHapus
  26. pembahasan yang keren, semoga menang sobat

    BalasHapus
  27. Mantap! Sangat mengedukasi 👍

    BalasHapus

Posting Komentar