Kirim Delegasi 4 Bagian 1: International Symposium: What Attracts Women Into Science and Conservation on Non-Human Primates?

Kirim Delegasi 4 Bagian 1: International Symposium: What Attracts Women Into Science and Conservation on Non-Human Primates?

(Feni Sugiarti – KSP XX dan Alvita Dwi Lestari – KSP XVIII)



Sabtu, 07 Juli 2022, KSP Macaca UNJ kembali mengirimkan delegasi untuk mengikuti rangkaian acara International Symposium yang diselenggarakan oleh Universitas Nasional. International Symposium 2022 ini bertema What Attracts Women Into Science And Conservation Of Non-Human Primates? dan acara ini dibuka oleh Prof. Dr. Ernawati Sinaga, M.S., Apt dari Vice Rector for Research, Community Service and Collaboration Universitas Nasional, serta acara ini menghadirkan 12 narasumber dengan 9 topik yang menarik, 2 keynote speaker dan 1 narasumber sebagai clossing remarks. Acara diselenggarakan secara hybrid dilakukan di Auditorium Cyber Library Universitas Nasional dan melalui zoom meetings dengan dua pembagian sesi materi, yaitu pukul 08.30 WIB dan 13.00 WIB. Sesi pertama dibawakan oleh 3 pemateri dan 1 keynote speaker yaitu:

  1. Dr. Erin R. Vogel (Rutgers University, USA) sebagai keynote speaker dengan topik “Primates Research Result that are Beneficial to Public Health”
  2. Dr. Cheryl Knott (Boston University, USA) sebagai pembicara dengan topik “Reproduction and Physiology of Orangutans”
  3. Dr. Erin Riley (San Diego State University, USA) sebagai pembicara dengan topik “Primates Interactions on Sulawesi Macaca”
  4. Astri Zulfa, S.Si., M.Si (Universitas Nasional) sebagai pembicara dengan topik “The implication of Secondary Metabolites on Orangutan Feeding”

Pada sesi kedua dibawakan oleh 6 pemateri, 1 keynote speaker dan 1 narasumber sebagai penutup, yaitu:

  1. Dr Maria van Noordwijk (Zurich University, Switzerland) sebagai keynote speaker dengan topik “Life History of Orangutan
  2. Dr. Wuryantari Setiadi, M.Biomed (Eijkman Center for Molecular Biology, BRIN, Indonesia) sebagai pembicara dengan topik “Primate Gut Microbiome
  3. Putu Mas Itha Pujiantari, M.A (University of Arkansas, USA) sebagai pembicara dengan topik “Primates Evolution
  4. Dr. Fitriah Basalamah, M.Si. (Universitas Nasional, Indonesia) sebagai pembicara dengan topik “Orangutan Reintroduction Behaviour
  5. Dr. Puji Rianti (IPB University, Indonesia) sebagai pembicara dengan topik “Phylogenetic of Primates
  6. Dr. Susan M. Cheyne (Oxford Brookes University, UK) sebagai pembicara dengan topik “Research for the Conservation of Kalimantan Gibbons
  7. Rahayu Oktaviani, M.Sc (Yayasan Kiara Indonesia) sebagai pembicara dengan topik “Research for the Conservation of Javan Gibbons

Penutup pembahasan dilakukan oleh Dr. Sri Suci Utami Atmoko (Universitas Nasional, Indonesia) dengan topik “Vision Toward Sustainable Science and Conservation of Non-HumanPrimates”. Dikarenakan adanya keterbatasan dalam rekaman video mengenai acara ini, mohon maaf kami hanya menyajikan informasi mengenai sesi 1 saja.

 

1.      Primates Research Result that are Beneficial to Public Health

Keynote Speaker: Dr. Erin R. Vogel (Rutgers University, USA)

Penjelasan konteks mengenai  mengapa kita mempelajari orangutan. Orangutan sama seperti manusia memiliki kecenderungan menjadi sangat gemuk saat berada di lingkungan yang kaya energi sehingga orangutan dapat dijadikan model mengenai belajar diet dan kesehatan di manusia. Pembahasan kali ini akan membahas keunikan Asia Tenggara dalam mempengaruhi strategi diet dan adaptasi fisiologis di dalam orangutan dan bagaimana akhirnya bisa menginformasikan ke dalam kesehatan manusia. Disaat orangutan memakan banyak buah dan mereka lebih suka buah tetapi ketika ketersediaan buah rendah, mereka memakan pada bahan makanan yang memiliki defisit jumlah yang lebih rendah pengembalian energik. Selama periode buah-buahan tinggi orangutan berpesta dan mereka makan banyak feuit dan mereka menyimpan dan membangun cadangan lemak dan selama periode ketersediaan buah rendah mereka membakar cadangan lemak tersebut secara teratur dan ini terdeteksi dengan badan keton yang ditemukan dalam urin orangutan ini. Adaptasi fisiologis orangutan secara signifikan menurunkan total pengeluaran energi untuk massa tubuh tertentu dibandingkan dengan kera lain termasuk manusia. Tingkat metabolisme istirahat secara signifikan lebih rendah pada orangutan karena adaptasi ini membantu mereka bertahan dari periode kelangkaan buah yang sangat tidak terduga.

 

2.      Reproduction and Physiology of Orangutans

Pembicara: Dr. Cheryl Knott (Boston University, USA)

Pembahasan kali ini membahas mengenai orangutan memiliki jarak kelahiran terpanjang di dalam mamalia dan orangutan memiliki fenomena yang sangat langka pada laki-laki yang disebut manchurisme. Fluktuasi dramatis dalam ketersediaan makanan memiliki dampak penting pada reproduksi dan fisiologi orangutan. Makanan yang dimakan oleh orangutan diambil dan diproses dengan cara diukur berat tiap makanannya dan dilakukan pemisahan bagian-bagian komponen, serta dilakukan analisis di laboratorium nutrisi. Dalam periode buah-buahan tinggi terlihat lebih menggiurkan sehingga orangutan dan primata lainnya sangat tertarik untuk memakannya. Dalam periode buah-buahan rendah, orangutan memakan makanan yang memiliki kualitas rendah seperti sangat tinggi serat sekitar 75% fiber seperti daun dan kulit pohon.

Perbedaan kedua periode ini menyebabkan perubahan dramatis dalam energi dan keseimbangan energi. Perubahan yang terjadi dapat dilakukan pengamatan dengan mengumpulkan urin (Chemstrips Urin) yang dapat memberikan informasi data yang tepat mengenai fisiologi di dalam lapangan. Di dalam mengukur urin, kita dapat mengukur keton. Keton ini merupakan produk lemak dari metabolisme lemak. Selain itu, dapat melihat juga C-peptida yang merupakann produk konversi pro-insulin menjadi insulin dan perubahan ini mencerminkan keseimbangan energi positif dan negative. Saat musim rendah buah-buahan, orangutan dapat memanfaatkan cadangan proteinnya.

Pasokan buah dan makanan yang dimakan oleh orangutan juga mempengaruhi hormon orangutan yang mana dapat mempengaruhi jarak kelahiran yang panjang bagi female orangutan. Hormon orangutan akan naik apabila asupan energi yang didapatkan juga tinggi, apabila dalam periode rendah maka hormone orangutan juga akan rendah untuk hamil. Interval antar kelahiran betina yang Panjang juga menyebabkan kompetisi antar jantan yang ekstrim (menyebabkan cedera berat yang menyebabkan meninggal dunia) untuk memperebutkan betina.

 

3.      Primates Interactions on Sulawesi Macaca

Pembicara: Dr. Erin Riley (San Diego State University, USA)

Pembahasan topik ini mengenai monyet pinggir jalan yaitu implikasi konservasi dari kemunculan antarmuka manusia dengan primata di Sulawesi, Indonesia. Antarmuka Manusia-Primata ini merupakan dampak antropogenik terhadap ekologi dan perilaku primate, contohnya pada Macaca tonkeana di Sulawesi. Dampak perubahan perilaku ini terjadi sejak 2015, di mana para Macaca tonkeana ini menunggu di pinggir jalan dan menyebabkan provisioning yaitu dengan pemberian makanan oleh orang-orang di dalam mobil, sehingga menyebabkan mereka berpikir ada mobil berarti ada makanan. Berdasarkan data yang didapatkan para monyet memiliki grup di mana grup ini lebih kompak di hutan dibandingkan saat berada di jalan. Efek negatif pada kebugaran individu dan kelangsungan hidup populasi yaitu menyebabkan ikatan social kurang kuat, mengganggu manfaat dari tulang pada monyet dan mengganggu proses pembelajaran sosial. Resiko monyet berada di jalan dapat menyebabkan cedera bahkan kematian, dikarenakan di jalanan terdapat banyak kendaraan yang sedang lewat. Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk menyelamatkan monyet dengan cara jangan pernah berhenti saat melihat monyet dan teruslah berjalan, serta cegah kemacetan. Selanjutnya, jangan memberi makan dan biarkan para monyet mencari makanannya sendiri di hutan.

 

4.      The implication of Secondary Metabolites on Orangutan Feeding

Pembicara: Astri Zulfa, S.Si., M.Si (Universitas Nasional)

Pembahasan ini mengenai makanan orangutan. Orangutan pada dasarnya sangat selektif terhadap makanan yang mereka makan, baik itu dari tipe makanannya maupun bagian yang akan dimakan. Orangutan memakan makanan dari biji-bijian sampai ke buah-buahan. Namun, dalam menghadapi periode rendah buah-buahan, orangutan lebih memilih makanan seperti daun, bunga, tunas muda, kambium/kulit pohon, serangga, vertebrata kecil, telur burung, madu dan juga jamur.

Di dalam tumbuhan terdapat senyawa fitokimia. Senyawa fitokimia termasuk metabolit primer dan senyawa metabolit sekunder.  Senyawa metabolit primer seperti karbohidrat, lipid, dan protein. Metabolit ini terdiri dari zat-zat penting untuk pertumbuhan, perkembangan, dan juga reproduksi tanaman.  Senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada tumbuhan antara lain golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin dan tannin. Senyawa metabolit sekunder merupakan zat bioaktif yang tidak esensial, berfungsi sebagai pelindung pada tanaman dari gangguan hama atau perubahan lingkungan, berperan dalam proses perkembangbiakan tanaman secara menarik.  polinator) dan memberikan pigmen pada bunga dan ornamen tanaman lain yang sangat penting dalam menentukan keanekaragaman jenis tanaman. Namun, senyawa metabolit sekunder ini dapat menjadi racun bagi primata. Hal inilah yang menyebabkan orangutan sangat selektif dalam hal memilih makanan dan bagian yang dimakan. 

Sekian pembahasan mengenai sesi 1 di dalam acara International Symposium 2022. Semoga pembahasan ini menarik ketertarikan pembaca mengenai konservasi primata. Untuk lebih lengkap mengenai resume pembahasan mengenai sesi 1, anda dapat mengunjungi youtube Biologi Unas. Yuk jadi bagian dari aksi konservasi primata untuk melestarikan alam demi rumah masa depan yang lebih baik!

Salam Lestari!

Salam Konservasi!

KSP Macaca UNJ. 

Inisiatif, Kreatif, Kontributif

© HUMAS KSP Macaca UNJ


Komentar