Kirim Delegasi 4: Pelatihan Identifikasi Mamalia dan Manajemen Koleksi Ilmiah

 Kirim Delegasi 4: Pelatihan Identifikasi Mamalia dan Manajemen Koleksi Ilmiah

(Siji Gusti Siji Dina - KSP XX dan Nabila Aisyah - KSP XXI)

    Pada hari Rabu, 9 Agustus 2023, Kelompok Riset Mamalia Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN mengadakan Pelatihan Identifikasi Mamalia dan Manajemen Koleksi Ilmiah melalui Zoom Meeting. KSP Macaca UNJ mengirimkan delegasi, yaitu Siji Gusti Siji Dina (KSP XX) dan Nabila Aisyah (KSP XXI) untuk menyimak informasi yang sangat bermanfaat ini. Pelatihan ini membawakan pemateri yang sangat luar biasa dengan materi yang juga sangat bermanfaat. Oleh karena itu, Siji Gusti Siji Dina (KSP XX) dan Nabila Aisyah (KSP XXI) membuat rangkuman mengenai materi yang dapat bermanfaat untuk kita semua. Selamat membaca!
Sebelum memasuki ke inti materi, kegiatan pelatihan ini dibuka oleh MC, yaitu Alfath Fanidya dan terdapat sambutan oleh Kepala Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, yaitu Bapak Dr. Bayu Adjie, M. Sc.

BIODIVERSITAS BIOGEOGRAFI MAMALIA INDONESIA
Oleh: Prof. Dr. Ibnu Maryanto

    Materi pertama, yaitu Biodiversitas Biogeografi Mamalia Indonesia yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ibnu Maryanto dan dimoderatori oleh Sigit Wiantoro. Hal pertama yang dijelaskan adalah mengenai persebaran mamalia di Indonesia berdasarkan sumber Maryanto et al pada tahun 2019 terdapat 773 jenis mamalia di Indonesia. Distribusi keanekaragaman mamalia ada yang hidup di laut dan terestrial. Terestrial distribusinya ada yang di alpin dan sub-alpin, hutan pegunungan atas, hutan pegunungan bawah, dataran rendah, pantai, dan laut. Ada kecenderungan hewan yang hidup di dataran rendah hanya bisa hidup di ketinggian 500 mdpl. Pembagian distribusi di perairan atau laut itu ada beberapa distribusi mengikuti jarak oseanik (pinggir pantai sampai sejauh bentang alam horizontal) dan ada juga distribusi dari vertikal ke bawah dari permukaan ke dasar laut sampai kedalaman laut tersebut. Adanya gunung berapi juga mempengaruhi jenis mamalia yang ada di suatu pulau. Jarak antarpulau juga bisa mempengaruhi berapa jenis di setiap pulau. 

Jumlah jenis suatu kawasan (pulau), dipengaruhi oleh:
  • Luas pulau (y= z logc)
  • Jarak pulau dengan pulau utama
  • Kedalaman laut yang terletak antara pulau utama dan pulau terhitung
  • Tingkat kebencanaan (missal keberadaan gunung berapi)
Endemisitas berdasar pulau (% jumlah jenis)
Contoh kapasitas jenis mamalia untuk tikus yang berada di kepulauan di Indonesia memiliki nilai Z= 0,07, kelelawar buah 0,14 dan kelelawar insectivores 0,19.

Pembuatan garis biologi = Jumlah jenis distribusi horizontal
Menggunakan garis wallace’s, weber’s, lydekker = garis penting lompatan = dijumpainya banyak endemisitas.
Jumlah endimisitas dapat mudah jika mengetahui jumlah jenis di setiap pulau, berdasarkan major island endimisitas tertinggi berada di pulau Sulawesi.

Analisis dan pembuatan garis biologi
  • Keberadaan spesies atau pulau
  • Analisis Sorensen/jackard, 1=ada dan 0=tidak ada
Mamalia dan agen penyebar penyakit zoonosis
Zoonosis (wild life)
Rentang inang untuk 335 penyakit menular yang baru muncul pada manusia.
Penyakit: database, host range untuk semua virus mammal.

Kriteria langka dan rawan punah
Belum didasarkan pada pelestarian fungsi jenis bagi kelestarian alam ataupun ekosistem, contoh:
  • Elang jawa (Spizaetus bartelsi) mencari pakan sejauh 5 km = Daerah jelajah (home range 22/7 x 52 = 78.5 km2)
  • Sesap madu mencari pakan 0,5 km atau daerah jelajah 0,785.
Jika areal 785 km2 ada 10 ekor berarti tidak langka, tetapi jika hanya 10 pasang sesap madu berarti langka.
Spesies dapat selamat minimal dalam kawasan ada 500 individu untuk semua jenis taksa.

IDENTIFIKASI MAMALIA BERDASARKAN MORFOLOGI
Oleh: Ir. Maharadatunkamsi, M. Sc.

    Materi kedua, yaitu identifikasi mamalia berdasarkan morfologi yang dibawakan oleh Bapak Maharadatunkamsi dan dimoderatori oleh Nurul Inayah. Materi ini diawali dengan membahas klasifikasi dan nama ilmiah.

Sistem klasifikasi Linnaeus
  • Klasifikasi ini menempatkan jenis dalam serangkaian kategori berdasarkan derajat kemiripan struktur dan pengetahuan tentang evolusi leluhur dan keturunan jenis.
  • Urutannya adalah kingdom, phylum, kelas, ordo, suku, marga, dan spesies.
  • Dapat didetailkan dengan menggunakan super atau sub.
Cara pemberian nama spesies: nomenklatur
  • Nama jenis telah diatur pada buku Kode International Tatanama Binatang The International Code of Zoological Nomenclature
  • Nama ilmiah setiap jenis dalam bahasa latin
  1. Nama ilmiah spesies terdiri atas dua kata
  2. Kata pertama: marga, kata kedua: jenis
  3. Penulisan selanjutnya: singkatan marga
  4. Ditulis miring atau digaribawahi
  • Sub spesies menunjukkan perbedaan yang diakibatkan barrier geografis, cline.
Klasifikasi Mamalia
Menurut berat badan dewasa
  1. Mamalia kecil < 5 kg (Tupai, kelelawar, tikus, bajing).
  2. Mamalia besar > 5 kg (Badak, banteng, kerbau liar, gajah, tapir, rusa).
Mamalia
  • Dunia 27 ordo, 6495 spesies, termasuk 96 diantaranya sudah punah (burgin et al., 2018)
  • Indonesia 18 ordo, 773 spesies (maryanto, 2019)
Setara 66,6% ordo mamalia di dunia; 11,9% dari total spesies mamalia dunia.

Kehati melimpah:
Dokumentasi jumlah spesies dan kajian ekologi:
  • Pengelolaannya
  • Konservasi
  • Jasa ekosistem
  • Zoonosis (penyakit yang bisa timbul)
Keterlibatan Masyarakat sangat penting dalam usaha pelestarian biodiversitas mamalia Indonesia. Usaha mengenal kehati mamalia dimulai dari identifikasi berbagai jenis mamalia.

Identifikasi
  • Suatu langkah untuk menentukan atau mengetahui identitas dari suatu spesies
  • Penting dan mendasar
  • Benar dan akurat
  • Menempatkan ke dalam sistem klasifikasi yang telah ditetapkan
  • Aspek Biologi:
  1. Usaha pelestarian
  2. Peran atau potensinya
  3. Sebaran dan habtat
  4. Penanganan interaksi atau konflik
  5. Zoonosis (pencegahan, pemberantasan, dan penanggulangan)
  6. Kasus tindak pidana satwa liar.
Tujuan identifikasi:
  • Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup agar dapat dikenal spesiesnya
  • Membedakan tiap-tiap spesies
  • Mengetahui hubungan kekerabatan antarspesies
Tata cara/Langkah identifikasi:
  • Pengetahuan tentang ciri-ciri untuk mengidentifikasi setiap spesies mamalia
  • Deskripsi menggambarkan/mengenal ciri morfologi: bentuk, warna, pengukuran, bentuk anggota tubuh (morfometri)
  • Berdasarkan deskripsi (ciri-ciri) dilakukan identifikasi untuk menentukan nama jenis
  • Mamalia besar, pada umumnya pengamatan morfologi di lapangan sudah bisa digunakan untuk identifikasi
  • Mamalia kecil ada yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut: tengkorak, gigi, suara, molekuler.
Karakter yang dapat dipakai untuk identifikasi mamalia:
  1. Sedapat mungkin dapat diterapkan di lapangan
  2. Tidak dipengaruhi jenis kelamin
  3. Dewasa
Penentuan umur mamalia kecil
Dewasa
  • Alat kelamin sudah berkembang dengan baik
  • Warna rambut mantap/tegas
  • Pada tengkoraknya: suturan basioccipitallis (sambungan antara basisphenoid dan occiput) sudah menutup
  • Keausan gigi geraham
  • Kelelawar: persendian tulang jari sayap
Langkah-langkah pengukuran pada mamalia atau ciri kuantitatif meliputi:
  1. Panjang tubuh dan kepala (Head and Body Length – hbl): Panjang dari ujung hidung sampai pangkal ekor (anus), diukur dalam posisi tubuh lurus dan terlentang
  2. Panjang ekor (Tail/T): diukur dari pangkal ekor (anus) sampai ujung ekor
  3. Panjang kaki belakang (Hind Foot/HF): diukur dari ujung tumit sampai ujung jari paling panjang, tanpa cakar atau dengan cakar
  4. Panjang lengan bawah (FA): diukur dari sisi luar siku sampai ujung pergelangan tangan
  5. Panjang tibia (TB): diukur dari sendi lutut sampai ujung sendi pergelangan kaki
  6. Panjang telinga (Ear): diukur dari pangkal telinga sampai ujung daun telinga tertinggi
  7. Jumlah dan rumus puting susu pada tikus betina
Pengukuran tengkorak
  1. GSL/Panjang tengkorak: dikuru dari titik paling belakang sampai titik terdepan rahang atas
  2. ZB/jarak tulang pipi: jarak terluar antara tulang pipi kanan dan kiri
  3. BW/lebar tempurung otak: jarak terlebar antara tempurung otak kanan dan kiri
  4. LW/lebar interorbital: jarak tersempit rongga mata kanan dan kiri di bagian depan melintasi puncak tengkorak
  5. POW/lebar postorbital: jarak tersempit rongga mata kanan dan kiri di bagian belakang melintasi puncak tengkorak
Mamalia besar
  • Jumlah kuku
  • Tinggi bahu/tinggi gumba
  • Bentuk tanduk
Cara mengidentifikasi mamalia
  • Field guide/buku panduan lapangan
  • Kunci identifikasi
  • Mencocokkan dengan spesimen referensi
  • Tanyakan pada ahlinya
Alat yang diperlukan untuk identifikasi
  1. Field note
  2. Kaliper dan pita meteran
  3. Binokuler
  4. Kamera
  5. Kunci identifikasi
  6. Buku panduan lapangan
  7. Spesimen referensi
Kunci identifikasi
  • Pasangan karakter yang berlawanan /kontras
  • Dimulai dengan bagian/kelompok yang besar

DNA BARCODING MAMALIA
Oleh: Ir. Moch. Syamsul Arifin Zein, M. Si.

    Materi berikutnya adalah DNA Barcoding Mamalia yang dibawakan oleh Ir. Moch. Syamsul Arifin Zein, M. Si dan dimoderatori oleh Yuli Fitriana. Barcoding adalah pendekatan standar untuk mengidentifikasi tumbuhan dan hewan dengan urutan minimal sekuen DNA yang disebut barcode DNA. Sebuah urutan DNA pendek dari sebuah wilayah yang seragam pada genom yang digunakan untuk mengidentifikasi spesies.

Dasar pemikiran standardisasi DNA Barcode
  • Mempercepat pembangunan perpustakaan referensi urutan DNA yang konsisten dan komprehensif
  • Mempercepat pengembangan teknologi yang ekonomis untuk identifikasi spesies
Standardisasi DNA Barcode fauna
Genom DNA mitokondria berbentuk sirkuler, berisi:
  • 13 gen penyandi protein
  • 22 gen transfer RNA (tRNA)
  • 2 gen ribosoma (rRNA)
  • Daerah kontrol (control region/D-Loop)
  • Panjang sekitar 16.775 pasang basa
Mengapa Barcode DNA fauna berhubungan dengan DNA Mitokondria?
Mitokondria: organel yang memproduksi energi di dalam sel.
Dua puluh tahun penelitian telah menetapkan utilitas urutan DNA mitokondria dalam membedakan antara spesies hewan yang berhubungan erat. Perbedaan antarspesies lebih besar dibandingkan DNA inti.

Data standar DNA Barcode
DDBJ/EMBL/GenBank:
  1. Minimum 500bp
  2. Sekuen forward/reverse
  3. Primer yang digunakan universal
  4. Terhubung:
  • Spesiemen di mana disimpan
  • Referensi terstruktur untuk koleksi spesimen
  • Informasi referensi Geospatial
  • Nama spesies valid
  • Identifikasi dilakukan oleh ahlinya
Keunggulan DNA Barcode:
  1. Menawarkan alat identifikasi taksonomi alternatif untuk situasi di mana morfologi tidak meyakinkan
  2. Fokus pada satu atau sejumlah kecil gen memberikan efisiensi usaha yang lebih besar
  3. Biaya pengurutan dna turun dengan cepat karena kemajuan teknis
  4. Mempunyai kapasitas tinggi dan memproses sampel dalam jumlah besar
  5. Setelah database referensi dibuat, dapat diterapkan oleh nonspesialis

MANAJEMEN KOLEKSI MAMALIA
Oleh: Kurnianingsih dan Nanang Supriatna

    Materi terakhir adalah Manajemen Koleksi Mamalia oleh Kurnianingsih dan Nanang Supriatna yang dimoderatori oleh Endah Dwijayanti. Manajemen koleksi menggambarkan bagaimana museum mengelola dan merawat koleksi untuk memenuhi standar dan undang-undang yang berkaitan dengan museum dan koleksi. Manajemen koleksi termasuk menjaga koleksi melalui metode konservasi, penanganan, penyimpanan, dan tampilan yang tepat.

Pengawetan
Upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya tidak punah.

Spesimen yang tersimpan dikenal sebagai koleksi ilmiah dapat digunakan sebagai:
  • Bahan acuan untuk identifikasi jenis-jenis binatang Indonesia
  • Objek penelitian biosistematika atau taksonomi
  • Bahan untuk mengajar dan belajar bagi siswa atau mahasiswa atau individu lainnya dalam bidang biologi dan praktik sistematika
  • Sumber data fauna Indonesia. Informasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk berbagai macam kegiatan atau sebagai bahan acuan bagi para pengambil kebijakan yang berkaitan dengan keanekaragaman fauna Indonesia dan konservasinya
Tahapan pengelolaan spesimen
  1. Pengambilan spesimen
  2. Pembiusan dan morfometri
  3. Pengawetan spesimen
  4. Identifikasi
  5. Kataloging
  6. Labelling
  7. Sterilisasi
  8. Penataan koleksi
  9. Database
Macam awetan
Awetan basah
    Penyimpanan awetan menggunakan bermacam larutan yang memiliki sifat preservative, contohnya alkohol dan formalin. Manfaat: terjaganya bentuk bagian-bagian tubuh tertentu yang biasanya hilang jika diawetkan dengan cara awetan kering.

Awetan kering
    Penyimpanan awetan dengan teknik taksidermi. Manfaat: terjaganya warna dan tekstur pada bagian tubuh tertentu yang akan hilang jika terendam alkohol dalam jangka waktu yang lama.

E-Pamflet

Dokumentasi

Komentar