Kirim Delegasi 2 : Conservation Talk: Anak Muda & Konservasi Keanekaragaman Hayati 2024
Pada Kamis 15 Agustus 2024, KSP Macaca UNJ yang diwakili oleh Nabila, Salsa, dan Navynda berkesempatan hadir dalam acara talkshow Universitas Nasional yang menggelar talkshow bertajuk “Conservation Talk: Generasi Muda dan Konservasi Keanekaragaman Hayati” di Gedung Cyber UNAS, Jakarta Selatan, pada Kamis, (15/24). Talk Show tersebut merupakan kolaborasi antara Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, Yayasan Orangutan Indonesia (YAYORIN), Yayasan KIARA, Forum Konservasi Orangutan Indonesia (FORINA).
Acara ini menghadirkan sejumlah pakar dan praktisi konservasi terkemuka, di antaranya Rahayu Oktaviani, M.Sc dari Yayasan KIARA, Dr. Suci Atmoko yang merupakan ahli orangutan dan Dosen di Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, Natalie J. Robinson, Ph.D Student at Rutgers University, Feriska Lindayu (Ketua Lutung Forum Studi Primata (FSP) UNAS), Aulia Wijiasih R.A. (Pembina YAYORIN), dan Gail Campbell-Smith, Ph.D dari Yayasan IAR Indonesia. Talk show ini dimoderatori oleh Ronna Saab dari FORINA.
Diskusi pada TalkShow ini dibagi menjadi dua sesi. Pada sesi pertama, tiga pembicara dihadirkan dan dipandu oleh moderator. Ibu Rahayu Oktaviani, M.Sc dari Yayasan Kiara, membahas topik “Menggaungkan Nyanyian Owa Jawa dan Semangat Konservasi Generasi Muda”. Dalam pembahasannya, beliau menyoroti pentingnya suara owa jawa sebagai simbol keberlanjutan alam dan bagaimana generasi muda dapat mengambil peran aktif dalam upaya konservasi.
Selanjutnya, Ibu Dr. Suci Atmoko, seorang ahli orangutan dan dosen di Fakultas Biologi dan Pertanian Universitas Nasional, membicarakan “Program Konservasi Orangutan dan Keanekaragaman Hayati untuk Generasi Muda”. Beliau menekankan pentingnya keterlibatan pemuda dalam pelestarian keanekaragaman hayati, serta bagaimana program-program konservasi dapat diintegrasikan dengan pendidikan untuk meningkatkan kesadaran dan tindakan nyata dari generasi muda.
Sementara itu, Natalie J. Robinson, Ph.D, mahasiswa dari Rutgers University, berbagi pengalamannya sebagai mahasiswa luar negeri yang meneliti orangutan di Indonesia. Ia memberikan perspektif global tentang pentingnya upaya konservasi lintas budaya, serta tantangan dan kesempatan yang ia temui selama menjalankan penelitiannya di lapangan.
Diskusi pada sesi kedua menghadirkan tiga pembicara yang berbeda dari sesi sebelumnya, namun tetap dipandu oleh moderator yang sama. Pembicara pertama adalah Feriska Lindayu, Ketua Lutung Forum Studi Primata (FSP) UNAS, yang membagikan pengalamannya dalam kegiatan konservasi melalui organisasi BSO Lutung FSP. Feriska menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam penelitian dan aksi nyata untuk melestarikan primata dan habitatnya.
Selanjutnya, Ibu Aulia Wijiasih R.A., Pembina di YAYORIN, berbagi pengalamannya mengenai peran generasi muda dalam mendukung program pendidikan lingkungan hidup. Beliau menjelaskan bagaimana edukasi yang tepat dapat menginspirasi anak muda untuk lebih peduli dan aktif dalam melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem, serta bagaimana YAYORIN bekerja sama dengan berbagai komunitas untuk mencapai tujuan tersebut.
Terakhir, Ibu Gail Campbell-Smith, Ph.D dari Yayasan IAR Indonesia, membahas dukungan organisasi YIARI dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati di Indonesia. Beliau menjelaskan berbagai program edukasi dan konservasi yang dijalankan oleh YIARI, serta bagaimana kolaborasi dengan masyarakat lokal dan lembaga pendidikan dapat memperkuat upaya pelestarian lingkungan di tingkat nasional.
Materi dan diskusi yang telah disampaikan oleh enam pembicara hebat tadi memberikan wawasan yang mendalam tentang berbagai aspek konservasi primata, khususnya peran penting yang dapat dimainkan oleh generasi muda. Para pembicara membagikan pengalaman mereka yang kaya, mulai dari keterlibatan langsung dalam program konservasi hingga penelitian yang dilakukan di lapangan. Diskusi ini tidak hanya membuka mata kami terhadap tantangan yang dihadapi dalam upaya pelestarian primata, tetapi juga memperlihatkan bagaimana peran generasi muda sangat krusial dalam menjaga keanekaragaman hayati.
Lebih dari sekadar memberikan pengetahuan, diskusi ini juga berhasil menginspirasi kami untuk mengambil tindakan nyata. Kami didorong untuk memanfaatkan teknologi dan inovasi sebagai alat penting dalam konservasi, selaras dengan nilai-nilai ekologi yang berkelanjutan. Dengan memadukan semangat dan kreativitas, kami sebagai generasi muda diharapkan dapat menjadi garda terdepan dalam upaya pelestarian primata, memastikan bahwa upaya ini tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga diimplementasikan dengan nyata di lapangan.
Komentar
Posting Komentar