Nonton Bareng Film “Harmoni”
oleh: Yasmine Afiani (KSP XX), Siti Nurhana (KSP XX), dan Nisrina (KSP XXII).
Dalam rangka memperingati Hari Hutan Internasional, Global Environment Facility Small Grants Programme (GEF SGP) Indonesia bersama National Geographic Indonesia menyelenggarakan acara bertema “Tradisi untuk Lingkungan”. Acara ini diadakan pada hari Jum’at, tanggal 21 Maret 2025 di Mbloc Space, Jakarta Selatan. Acara ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya kearifan lokal dan tradisi masyarakat Indonesia dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan, melalui kegiatan seperti pameran foto, talkshow, pemutaran film “Harmoni”, dan media gathering. Dalam acara ini, KSP Macaca UNJ mengirimkan delegasi yang diwakili oleh Yasmine Afiani (KSP XX), Siti Nurhana (KSP XX), dan Nisrina (KSP XXII).
Pameran Foto
Pameran ini menghadirkan karya foto story dari fotografer GEF SGP Fase 7 dengan tema “Landscape & Seascape” yang berfokus pada upaya menjaga lingkungan. Foto-foto tersebut menunjukkan praktik tradisional yang berkontribusi pada keberlangsungan ekologi DAS (Deretan Aliran Sungai).
Nonton Bareng Film “Harmoni”
Film “Harmoni” yang disutradarai oleh Yuda Kurniawan terinspirasi dari kisah nyata yang dialami oleh ayahnya yang merupakan petani di Banyuwangi. Film yang berdurasi 2 jam ini menceritakan perjalanan inspiratif masyarakat adat di Indonesia dalam menjaga keseimbangan alam dengan mengangkat isu hilangnya kearifan lokal di Nusa Lembongan dan Gorontalo. Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris yang merupakan penduduk asli wilayah tersebut, sehingga memberikan nuansa alami pada cerita.
Di Gorontalo, cerita ini mengisahkan tentang sekelompok petani dari Jawa yang berjuang dengan hasil panen jagung yang minim akibat cuaca buruk dan kekurangan modal. Mereka berusaha mencari solusi melalui panggoba, seorang peramal yang bisa membantu menentukan jenis tanaman dan waktu panen. Namun, kepercayaan terhadap panggoba semakin memudar karena dianggap bertentangan dengan ajaran agama. Melalui film ini, kami mendapatkan wawasan berharga yang relevan dengan kondisi nyata yang dihadapi para petani. Fakta bahwa para panggoba membaca langit tidak menggunakan ilmu klenik, melainkan berlandaskan pada rasi bintang. Pengetahuan ini diwariskan secara turun temurun, dan ilmu ini tidak hanya ada di daerah Gorontalo saja, tetapi juga dimiliki oleh petani lainnya, meskipun istilah yang digunakan mungkin berbeda.
Di Nusa Lembongan, Bali, cerita ini mengisahkan tentang keluarga Pak Made, petani rumput laut, dan anaknya Dhipta, yang lebih memilih menjadi tour guide. Ketika Dhipta bertemu dengan pengunjung dari Jakarta yang ingin membeli lahan, konflik antara keinginan menjual tanah dan mempertahankan tradisi muncul. Film ini menyajikan sudut pandang yang jarang dibahas, dengan menyoroti bagaimana pertumbuhan pesat industri pariwisata di Bali dapat mengancam kelestarian alam.
Media Gathering & Influencer “Melestarikan Bumi melalui Peran Kearifan Lokal”
Dalam rangkaian agenda ini, sejumlah pembicara hadir untuk membahas proses pembuatan film dan sudut pandang mereka. Di antara pembicara tersebut adalah Yanidar Witjaksono (Direktur Eksekutif Yayasan Bina Usaha Lingkungan), Sidi Ratna Menggala (Koordinator Nasional GEF SGP Indonesia) , Mahandis Yoanata Thamrin (Managing Editor National Geographic Indonesia), Yudha Kurniawan (Sutradara film ‘Harmoni’), dan Anton Sri Probiyantono (Senior Programme Manager UNDP).
Sidi Ratna Menggala menjelaskan alasan diselenggarakannya acara nonton bersama. “Melalui film ‘Harmoni’ kami berharap bisa tumbuh bersama masyarakat adat untuk mengatasi masalah lingkungan global.” Ujar Sidi.
Yanidar Witjaksono juga menegaskan bahwa, kearifan lokal tidak hanya berfungsi sebagai penjaga budaya, tetapi juga sebagai panduan untuk hidup secara berkelanjutan, dengan mencintai dan menjaga alam.
Anton Sri Probiyantono juga memberikan komentar dengan menekankan bahwa pelestarian lingkungan tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah. Ia menyatakan, “Masyarakat sebagai garda terdepan memiliki peran krusial. Setiap individu dan organisasi juga bertanggung jawab dalam menjaga bumi.”
Melalui acara nonton bersama Film "Harmoni", kami tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang hubungan antara masyarakat adat dan lingkungan, tetapi juga sebagai pengingat pentingnya kolaborasi antara masyarakat adat dan perkembangan modern saat ini. Film ini mengajak generasi muda untuk menghargai dan memanfaatkan warisan budaya berupa pengetahuan lokal yang dapat memberikan solusi efektif terhadap tantangan lingkungan yang dihadapi saat ini.
“Setiap tindakan yang kita lakukan hari ini akan menentukan kualitas lingkungan di masa depan.” -Anton Sri Probiyantono, Senior Programme Manager UNDP.
Komentar
Posting Komentar