Kirim Delegasi 4: Orangutan Tapanuli : Nasibmu Kini dan Nanti

Kirim Delegasi 4: Orangutan Tapanuli : Nasibmu Kini dan Nanti

Sarah Dewi Wardah (KSP XVIII)


Jakarta - Pada Tanggal (5/6) Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara mengadakan Webinar yang fokus membahas kondisi dari spesies Orangutan baru yaitu Pongo tapanuliensis di Indonesia. Webinar ini diadakan untuk memperingati hari keanekaragan hayati yang mana bertajuk Orangutan Tapanuli : Nasibmu Kini dan Nanti. Webinar ini diikuti oleh Sarah (KSP XVIII), Adyn (KSP XV), dan Uswah (KSP XV) yang menjadi delegasi untuk belajar dan memperkaya ilmu dibidang keprimataan. seperti yang kita ketahui bahwa Orangutan tapanuli ini merupakan spesies baru dari genus Pongo yang menambah kekayaan keragaman hayati Indonesia khususnya Orangutan yang mulanya hanya ada dua spesies (Pongo abelii dan Pongo pygmaeus) menjadi tiga speies. bukan kah sungguh disayangkan apabila melewatkan informasi yang menarik dan informatif? oleh karena itu Sarah KSP XVIII membuat rangkuman materi yang dapat kita pelajari bersama sama. Please enjoy!

Ø  “Orangutan Tapanuli dan Strategi Konservasinya.”

Pembicara: Dr. Ir. Hotmauli Sianturi, M.Sc.For  (Kepala Balai Besar KSDA Sumatera Utara)

Secara nasional, Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dideklarasikan secara nasional sebagai orangutan jenis baru pada November 2017 oleh Dirjen KSDAE, Kementrian KLHK.

·         Fakta Orangutan Tapanuli:

-          Ekosistem:  Tersebar di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, dan Tapanuli Utara.

-          Habitat alami: Kawasan Ekosistem Batang Toru, namun tidak seluruhnya kawasan tersebut menjadi rumah bagi Orangutan Tapanuli.

-          Populasi: Sangat terbatas, diperkiraan jumlahnya tidak lebih dari 1000 individu.

-          Penyebab keterbatasan populasi: Tingkat perkembangbiakan Orangutan Tapanuli yang sangat lambat dengan rata-rata beranak individu betinanya sekitar 15 tahun dengan jarak 8-9 tahun antar kelahirannya.

-          Kemampuan hidup:  Berkisar 50-60 tahun.

-          Ancaman populasi: Konflik dengan manusia, perburuan, isolasi populasi, dan lain-lain.

-          Ancaman habitat: Fragmentasi habitat, konversi laha, penebangan hutan, dan lain-lain.

-          Masuk dalam kriteria daftar spesies “sangat terancam punah” (Critically Endangered), dalam daftar merah IUCN. Lebih langka dari spesies kera besar lainnya.

·         Konflik Orangutan Tapanuli

Konfik antara Orangutan Tapanuli dengan manusia biasanya meningkat pada saat musim panen buah seperti buah durian atau petai di kebun masyarakat, pernah terjadi kerusakan kebun masyarakat oleh Orangutan Tapanuli.

·         Ekosistem Batang Toru.

Dari tahun 2010-2019, laju kehilangan hutan di kawasan Batang Toru kian meningkat. Berdasarkan Menhut No. 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan Provinsi Sumater Utara, kelompok Hutan Batang Toru terdapat Hutan Suaka Alam, Hutan Produksi, Hutan Lindung, dan Areal Penggunaan Lain (APL). Pada kawasan tersebut, terdapat 138 jenis tumbuhan sebagai sumber pakan Orangutan Tapanuli. Fragmentasi habitat menjadi permasalahan di kawasan Batang toru. Selain itu, banyak juga terjadi perburuan dan konflik satwa.

·         Strategi Konservasi Orangutan Tapanuli.

Pembangunan Koridor Hidupan Liar.

Untuk meminimalisasi kepunahan jenis serta memperkuat areal bernilai konservasi tinggi, pembukaan koridor hidupan liar dinilai cukup berpeluang besar.

 

Ø  “Orangutan Tapanuli: Primata Paling Terancam di Dunia.”

Pembicara: Dr. Sri Suci Utami Atmoko. (Dosen UNAS & Peneliti Orangutan)

·         Perkiraan populasi tahun 2016 didasarkan pada informasi yang berasal dari cakupan survei yang lebih luas, sementara prakiraan terdahulu berdasarkan survei yang terbatas.

·         Populasi minimum untuk dapat mempertahankan viabilitas (minimum viable population) di Sumatera setidaknya dibutuhkan 500 orangutan untuk menstabilkan besaran populasi dan menghindari penyusutan jumlah.

·     Hasil PHVA menunjukkan bahwa tidak satupun dari dua populasi alam liar orangutan tapanuli yang masih dapat bertahan dalam jangka panjang (500 tahun) di bawah tingkat proyeksi hilangnya habitat dan pengambilan orangutan dari alam liar. Fragmentasi, cenderung meningkatkan tingkat penyusutan dan risiko kepunahan. Peluang kelangsungan hidup menjadi tinggi, apabila proses kehilangan habitat dan pengambilan orangutan dari alam liar dihentikan dengan segera.

·         Kegiatan Komunitas HATABOSI merupakan sebuah paktik perlindungan dan konservasi SDA berbasis masyarakat. Jenis kegiatan yang dilakukan ialah pembersihan saluran, melakukan inspeksi jaringan sepanjang 6 kilometer.



Sangat disayangkan sekali bukan? spesies baru ini, baru saja ditemukan dan sudah terkategori terancam punah hal ini disebabkan oleh mulai terkikisnya habitat dari orangutan tersebut. tentunya langkah dan strategi konservasi yang telah dibuat oleh pihak BKSDA maupun LSM setempat tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari masyarakat sekitar. oleh sebab itu, penting sekali untuk kita bersama menjaga kelestarian lingkungan dengan memulai dari diri sendiri.

Salam Lestari!
Salam Konservasi!
KSP Macaca UNJ. Inisiatif, Kreatif, Kontributif

📢 HUMAS KSP Macaca UNJ


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer