Kirim Delegasi 9 : Seminar Nasional Biology Learning Festival (BIOLEAF)

Kirim Delegasi 9 : Seminar Nasional Biology Learning Festival (BIOLEAF)

Shinta Alief Fitrianingtyas (KSP XVIII)

Jakarta - Pada (16/10/2021) Biology Learning Festival (BIOLEAF) 2021 mengadakan Seminar Nasional bertemakan “Eco-Change: The Crisis of Climate Change and The Ultilization of Eco-Enzyme for The Environment”. Mengundang 2 Pembicara, yaitu Mohammad Arifsyah Nasution, S.Si. dari Ocean Campaigner at Greenpeace Southeast Asia (GPSEA) dan Ir. Paul Iskandar, M.M. dari Eco Enzyme Nusantara.


Materi pertama tentang Climate Change yang dibawakan oleh Bapak Mohammad Arifsyah Nasution, S.Si.

Pemicu krisis iklim berasal dari masalah, ancaman, dan tantangan. Peningkatan diatas 1ÂșC menunjukkan adanya dampak perubahan iklim. Sumber emisi tersebut berasalah dari sektor energi, semakin banyak membutuhkan energi untuk aktivitas manusia, maka emisi karbon di uadara semakin meningkat. Negara yang paling banyak berkontri usi dalam menyumbang pelepasan emisi karbon dioksida (CO2), yaitu China, United State, India, dan Indonesia berada pada posisi kedelapan. Sektor energi yang paling banyak di Indonesia, yaitu batubara. Terutama pada Sumatera. Setiap tahunnya terdapat laporan bahwa laporan perubahan iklim di Indonesia semakin jelas, hal ini tidak bisa dilakukan jika tanpa dukungan pemerintah, perlu ada komitmen dan aksi lebih kuat oleh pemimpin negara.

Konsekuensi peningkatan emisi dan dampak serius krisis iklim disebabkan adanya penebangan mangrove pada pesisir pantai. Seperti di Pantuara merupakan daerah paling subur tutupan bakaunya, tetapi karena penebangan bakau terjadi penurunan kualitas daya dukung lingkungan dan resultan dalam berbagai kondisi. Jakarta juga menjadi salah satu kota yang akan terkena dampak naiknya air permukaan laut. Penurunan permukaan air laut terjadi karena ketimpangan air tanah di DKI Jakarta. Beberapa wilayah Jakarta telah tenggelam antara 3 hingga 4,1 meter, terutama di wilayah pesisir dan mungkin sebagian Jakarta akan terendam seluruhnya pada tahun 2050.  Dampak lain yang disebabkan oleh krisis iklim, satwa seperti penyu banyak yang mengalami kematian karena kehidupan air sangat berpengaruh pada suhu. Suhu air laut kawasan tropis meningkat, menyebabkan ikan akan menjauh dari kawasan pesisir sehingga menangkap ikan oleh nelayan akan semakin sedikit.

Solusi kita untuk krisis iklim dengan cara dapat berkontribusi dalam mengelola pemanfaatan energi, seperti dari sektor pangan. Karena produk pangan yang paling berkontribusi menyumbang emisi. Lalu skala individu dalam penggunanan plastic, dan mengkritisi tindakan terhadap pemerintah.


Materi kedua tentang Eco Enzyme yang dibawakan oleh Bapak Ir. Paul Iskandar, M.M.

Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca. Sebagian sinar matahari uang mengarah ke bumi akan dipantulkan dan sebagian akan masuk ke bumi dan menjadi panas. Setelah masuk ke bumi, panas tersebut tidak dapat keluar kembali karena effek gas0gas rumah kaca. Menjadikan bumi kita menjadi hangat. Global temperature yang naik akan menyebabkan banyak dampak yang terjadi. Gas-gas rumah kaca, teridiri dari O2, N2O, CO2, CH4, S6, CFC, HCHC. Dampak dari karbon dioksida (CO2) akan menyebabkan pemanasan global. Gas yang paling dominan sebagai gas rumah kaca penyebab pemanasan global adalah N2O, CH4, dan CO2. Gas metana merupakan gas hidrokarbon yang dihasilkan melalui sumber alam maupun aktivitas manusia, termasuk penguraian limbah di tempat pembuangan sampah dan gas dari pencemaran dan pengelolaan kotoran terkait dengan ternak domestic. Gas metana lebih sedkit diproduksi daripada CO2, tetapi mempunyai daya rusak 21x lebih tinggi dari CO2. Timbunan sampah nasional dari tahun 2019 sebanyak 31 juta ton dan tahun 2020 sebanyak  69,2 juta ton. Setiap orang dapat menghasilkan 7.600 ton sampah per hari. berat ini seperti berat 2000 gajah. Hasil studi menunjukkan bahwa komposisi sampah berdarkan jenis dan sumber sampah paling banyak dihasilkan dari rumah tangga dan pasar tradisional. Dampak negatif dari sampah menyebabkan pencemaran lingkungan, timbulnya penyakit, dan mengganggu keindahan. Gas metana (CH4) seberat 1 ton sampah dan menghasilkan 50 kg gas metana. Terdapat kasus gas metana yang tertimbun di dalam sampah di dalam tanah, tidak bisa keluar dan mendesak (meledak). 

Sampah organik dapat diolah melalui eco enzyme. Eco enzyme merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik yang dapat dibuat dari lingkungan terkecil seperti rumah tangga. Masalah global merupakan masalah bersama dan tanggung jawab kuta bersama. Menyelamatkan bumi harus menjadi kegiatan yang dapat dilakukan setiap orang dengan biaya yang sangat murah. Eco enzyme dapat dibuat dengan sederhana dari limbah organik yang segar, seperti kulit buah dan sisa sayur yang segar. Lalu difermentasi selama 90 hari, fermentasi yang terjadi adalah fermentasi anaerob dengan ditutup rapat dan menghasilkan enzim. Produk hasil fermentasi dapat berupa: produk biomass (sel mikrobia), produk enzim mikroba, produk metabolit mikroba, dan produk hasil Biokonservasi melalui modifikasi suatu senya yang ditambahkan ke dalam medium fermentasi untuk menghasilkan senyawa lain. Manfaat dari eco enzyme: disemprotkan ke udara dapat menangkap senyawa-senya polutan yang menyebabkan pemanasan global. 1 liter eco enzyme dapat memurnikan 1000 liter air yang terkontaminasi, menyuburkan tanah, meningkatkan kualitas udara, dan dapat disimpan hingga bertahun-tahun karena tidak kadaluarsa. Tujuan dari membuat eco enzyme untuk menyelamatkan bumi.




Salam Lestari!

Salam Konservasi!

KSP Macaca UNJ

Inisiatif, Kreatif, Kontributif

© HUMAS KSP Macaca UNJ

Komentar