Kirim Delegasi 1 : Internasional Webinar 2023: Climate Change Mitigation and Collaboration

 Kirim Delegasi 1 : Internasional Webinar 2023: Climate Change Mitigation and Collaboration

(Wahidatul Azizzah - KSP XX dan Khoerotul Nur Fadhilah - KSP XX)

Pada hari Kamis, 22 Juni 2023 Tunasnusa Foundation mengadakan Internasional Webinar 2023 yang berjudul Climate Change Mitigation and Collaboration melalui Zoom meeting. KSP Macaca UNJ mengirimkan delegasi, yaitu Wahidatul Azizzah dan Khoerotul Nur Fadhilah dari KSP XX untuk menyimak informasi yang sangat bermanfaat ini. Internasional Webinar ini membawakan pemateri yang sangat luar biasa dengan materi yang keren dan bermanfaat. Oleh karena itu, Wahidatul Azizzah dan Khoerotul Nur Fadhilah dari KSP XX membuat rangkuman mengenai materi yang dapat bermanfaat untuk kita semua. Selamat membaca!

Sebelum memasuki ke inti materi dibuka oleh MC, yaitu ibu Resya dengan moderator Ibu Ramalis Sobandi.


CLIMATE CHANGE MITIGATION COLLABORATION

Oleh: Dr. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipt., S.E., M.Eng 


Pemateri pertama, yaitu ada Dr. Ir. Setiawan Wangsaatmaja, Dipt., S.E., M.Eng dengan membawa materi yang berjudul Climate Change Mitigation Collaboration. Hal pertama yang dijelaskan, yaitu kondisi lingkungan di Jawa Barat. Keadaan lingkungan ketersediaan air menurut pada tahun 2009 terdapat 1005 m³/kapita/tahun sedangkan pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun menjadi 270 m³/kapita/tahun. Lahan kritis di Jawa Barat tercatat sebesar 907.979,09 ha, dimana 72,5% atau seluas 658.834,6 ha termasuk dalam kategori sangat kritis. Daerah yang mengalami tingkat kerawanan bahaya banjir yang sangat tinggi pada tahun secara garis besar berada di sekitar Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, dan sekitar Kabupaten Bandung Barat. Tingkat kerawanan yang sangat tinggi terhadap bahaya kekeringan pada tahun secara garis besar berada di wilayah tengah hingga utara Provinsi Jawa Barat. Selanjutnya terdapat Komitmen Jawa Barat dalam Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon oleh Kepala Bappenas-Gubernur Jawa Barat melalui cakupan;

  • Persiapan Karbon Rendah Integrasi kebijakan Perencanaan Pembangunan (PPRK) dalam dokumen perencanaan.

  • Penyusunan Dokumen Rencana Pembangunan Daerah Rendah Karbon (RPRKD) Provinsi Jawa Barat.

  • Memperkuat Pengawasan. Sistem Evaluasi dan Pelaporan (PEP) melalui AKSARA.

  • Peningkatan kapasitas ASN terkait RPRKD.

  • Persiapan kegiatan pembangunan rendah karbon agar memenuhi syarat untuk pembiayaan.

  • Perumusan kebijakan pengelolaan sampah sebagai bagian dari pembangunan rendah karbon.


Terdapat pula wilayah program strategis skala daerah Jawa dengan isu strategis pada Rebana Metropolitan, yaitu;

  • Pengendalian pemanfaatan ruang lahan dan pesisir masih belum optimal.

  • Perlindungan dan peningkatan kawasan dengan jasa lingkungan tinggi (terutama mitigasi bencana dan penyedia pangan) masih rendah.

  • Perekonomian dan kesejahteraan masyarakat daratan dan pesisir masih rendah.

  • Tersedianya infrastruktur dasar (sanitasi, drainase, air bersih dan limbah) dan pengelolaan lingkungan belum optimal.

  • Pembangunan rendah karbon masih belum optimal.

  • Penurunan ketersediaan air dan polusi sebagai akibat dari pertumbuhan penduduk.


Pembayaran Jasa Lingkungan

Mekanismenya melalui pemberian imbalan atas jasa ekosistem yang telah dimanfaatkan penerima manfaat bagi ekosistem penyedia jasa.


Latar belakang

  1. Kolaborasi antarpemangku kepentingan untuk mengatasi masalah ketersediaan air. 

  2. Perubahan penggunaan lahan yang cepat di DAS Cisangkuy bagian hulu yang akan berdampak pada bagian hilir.


Kemajuan

Penyusunan Perjanjian Kerjasama (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan perusahaan pengguna air.




ADVANCING CIRCULAR ECONOMY FOR CLIMATE CHANGE MITIGATION

Oleh: Adhitya Yusuf


Pemateri kedua, yaitu pak Adhitya Yusuf dengan memberikan materi yang berjudul advancing circular economy for climate change mitigation. Hal yang pertama dijelaskan yaitu Triple Planetary Crises membutuhkan pendekatan sistemik sebagai solusi dengan Ekonomi Linear menjadi Ekonomi Sirkular. Triple Planetary Crises yaitu;

  1. Perubahan iklim

50-75% dari global populasi dapat terkena kondisi iklim yang mengancam jiwa pada tahun 2100.

  1. Polusi

Polusi udara menyebabkan hingga 4,2 juta kematian setiap tahun. 

  1. Kehilangan Keanekaragaman Hayati

Saat ini, sekitar satu juta spesies tumbuhan dan hewan menghadapi ancaman kepunahan”


CE dapat mengatasi 45% sisa emisi yang terkait dengan industri. pertanian, dan penggunaan lahan yang tidak dapat diatasi oleh transisi energi (EMF: 2021)

  • Ekonomi

Berpotensi menghasilkan tambahan PDB ekonomi sebesar Rp 593-638 triliun pada tahun 2030.

  • Sosial

Buat 4.4 juta pekerjaan bersih pada tahun 2030 (75% dari total pekerjaan diwakili oleh pekerja perempuan).

  • Lingkungan

    • Mengurangi timbulan sampah sebesar 18-52% dibandingkan business as usual pada tahun 2030

    • Mengurangi emisi CO2 sebesar 126 juta ton dan penggunaan air sebesar 6,3 miliar pada tahun 2030

Sumber Bappenas, Kedutaan Besar Denmark & ​​UNDP


Mengaktifkan Penerapan Ekonomi Sirkular untuk Mendukung Pembangunan Rendah Karbon di Indonesia

  • Tantangan

    •  Pemahaman dan keterampilan

    • Kebutuhan investasi & kesenjangan pembiayaan

    • Menyeimbangkan penawaran dan permintaan

    • Teknologi Hijau dan Infrastruktur.


  • Kondisi yang Mengaktifkan

    • Pengembangan skema pembiayaan yang inovatif

    • Pengembangan skema insentif

    • Penyempurnaan Kebijakan terkait ekonomi sirkular dan LCD (EPR, SIH, PROPER, dll.) 

    • Standar Produk & Layanan

    • Peningkatan Kapasitas bagi pemangku kepentingan.



WHERE IS OUR POSITION IN THIS CLIMATE CRISIS

Oleh: Ismal Muntaha 


Pemateri ketiga, yaitu dibawakan oleh Ismal Muntaha dengan topik where is our position in this climate crisis. Realitas kita ditentukan oleh imajinasi ekonomi. Imajinasi ini terwujud dalam bagaimana kita melihat alam; dipisahkan, hanya sebagai penunjang dan obyek untuk dikomodifikasi. 

Iklim demokrasi yang muncul pasca peristiwa 1998 yang menjadi momentum munculnya masyarakat sipil, yang pada masa Orde Baru. berkumpul atau kegiatan kolektif dianggap sebagai kegiatan yang dilarang. Kelompok-kelompok sipil inilah yang kemudian menjadi garda depan dalam mengartikulasikan pembangunan masyarakat.

Dalam perkembangannya, kolektif-kolektif yang beragam ini juga mengartikulasikan positioning dan subjektivitasnya serta melahirkan aksi kolektif atau aksi-aksi yang mendunia di wilayahnya sebagai kontribusi konkrit terhadap persoalan kontemporer sehari- hari.

Dalam kajian Budianta, kebijakan mempercantik desa berkaitan erat dengan narasi tentang penguasaan tempat- tempat yang biasa digunakan investor (swasta) untuk menguasai sumber daya. Imajinasi kolektif dalam pembangunan merupakan proses artikulasi identitas kolektif dalam menentukan posisi politiknya sebagai subjek dalam membangun kelangsungan hidup dan masa depan kelompoknya.



CAPACITY TO ADDRESS CLIMATE CHANGE

Oleh: Budiati Prasetiamartati


Pemateri keempat, yaitu dibawakan oleh Budianti Prasetiamartati dengan topik capacity to address climate change atau kapasitas untuk mengatasi perubahan iklim. 

Kapasitas apa yang dibutuhkan untuk mengatasi perubahan iklim?

  • Kapasitas untuk memahami sifat dari masalah iklim yang berkaitan dengan negara atau wilayah

  • Kapasitas untuk merumuskan dan melaksanakan tindakan untuk membatasi skala masalah melalui mitigasi dan adaptasi

  • Kapasitas untuk menganalisis, membangun konsensus, dan mengartikulasikan kepentingan nasional dalam UNFCCC serta negosiasi dan kewajiban iklim lainnya.


Pengembangan kapasitas dan penciptaan pengetahuan di tingkat komunitas terdapat 2 fase, yaitu fase 1 penciptaan pengetahuan dan fase 2 implementasi. 


Solusi Berbasis Alam (NbS)

"Alam dapat memberikan setidaknya 30% solusi untuk perubahan iklim jika kita mengaktifkannya."

M. Sanjayan, 2019, CEO Conservation International




CONNECT AND IMPACT

Oleh: Dominique Lammli


Ekosistem riset aksi melengkapi pendekatan dan inisiatif riset yang ada untuk memitigasi perubahan iklim dan betapa pentingnya juga untuk membangun modal budaya dan modal sosial yang tidak bisa dianggap remeh yang terhubung dengan perubahan iklim tetapi bagian yang lebih besar yang tidak kita lihat adalah pola Perilaku kita sistem mencoba untuk bekerja dan melindungi diri kita sendiri dari kejadian-kejadian ini tetapi juga sangat dibutuhkan bahwa kita mengubah jumlah pemikiran kita.

Tantangan umum bahwa intervensionis mendekati para ahli yang datang ke area atau wilayah tertentu ingin para ahli meninggalkan situs jadi ini adalah masalah kata benda umum yang kami temukan pentingnya mengaktifkan masyarakat luas secara luas oleh teknologi mampu dan mengaktifkan orang Setiap orang yang bekerja di pemerintahan dan lembaga tetapi juga anggota masyarakat yang profesional orang muda orang dengan kebutuhan khusus dan tua.

Pendekatan mengintegrasikan berbagai sistem pengetahuan dan mendukung komunitas yang lebih inklusif jika semua orang sedang mendengarkan dan belajar dari orang lain setiap orang dihargai sebagai pakar dan komunitas secara bersama-sama jadi kita tahu bahwa efek perubahan iklim mereka meningkat. 

Akademisi juga sebagai budaya dengan identitas tertentu dan menggambarkan identitas Academia sebagai bidang Keajaiban pada sistem hierarkis dan birokrasi dan menunjukkan fakta bahwa surga Paradigma adalah perspektif disiplin dari mana budaya berasal sehingga kita dapat membaca seluruh Akademisi sebagai budaya dan disiplin ilmu yang berbeda ini sangat penting yang kita bisa juga melihat hal-hal yang berbeda dan seringkali kita hanya mengerti atau kita hanya melihat apa yang telah kita pahami sehingga selalu ada Kesenjangan semacam itu di antara berbagai pendekatan dan budaya dan begitu juga dengan fokus penelitian dan perspektif luar dan perspektif dalam.



E-Pamflet


Dokumentasi






Komentar